Total Pageviews

Tuesday, October 26, 2010

Silk industry/ Industri Sutra

Industri Sutra
Kapasitas 20 s/d 30 kg Kolosom/Jam
Mengolah kokon menjadi benang




PERMASALAHAN
1.    Beberapa permasalahan yang selalu dihadapi dalam upaya pengembangan persuteraan alam ini khususnya industri pemintalan benang sutera adalah sebagai berikut :
Sumber Daya Manusia, budidaya ulat sutera dan tanaman murbei merupakan hal yang baru sehingga memerlukan pelatihan khusus dan SDM yang sudah ada perlu ditingkatkan keterampilannya, baik untuk budidaya murbei maupun ulat sutera sampai mengolah kokon dan benang.
2.    Teknologi/peralatan, dari aspek teknologi/alat yang ada sekarang ini baik jumlah maupun jenisnya masih perlu ditingkatkan.
3.    Permodalan, untuk meningkatkan kapasitas produksi kain tenun dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar akan kain sutera saat ini perlu adanya tambahan modal kerja.
4.    Bahan baku berupa produksi kokon masih sangat terbatas sehingga harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan industri pemintalan benang sutera alam.

PROSPEK PEMASARAN
Industri persuteraan khususnya benang sutera alam merupakan salah satu subsektor agroindustri yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena memiliki berbagai keunggulan-keunggulan sebagai berikut :
  1. Bahan baku seluruhnya tersedia dan berasal dari sumber daya alam lokal.
  2. Produknya merupakan komoditi ekspor yang merupakan bahan baku industri lain yang tersebar baik di dalam maupun luar negeri, sehingga dapat meningkatkan devisa,
  3. Menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, dan
  4. Memiliki keterkaitan yang erat dengan sektor, sub sektor laiinnya.
Permintaan akan produk sutera alam, khususnya dalam bentuk lain tidak terlalu dipengaruhi oleh situasi ekonomi, meskipun segmentasi pasar berada pada konsumen kalangan menengah dan atas. Penggunaan produksi benang sutera tidak terbatas pada kebutuhan kain sandang tetapi telah meluas untuk berbagai kebutuhan kain tekstil non sandang seperti kain untuk dekorasi interior dan eksterior perkantoran, perhotelan, restoran dan lain-lain.

Pada tahun 1994, kebutuhan benang sutera dunia telah mencapai 92.743 ton, sedang produksi dunia pada waktu itu baru mencapai 89.393 ton (Capricorn Indonesia Consult, 1996). Pada waktu itu, Indonesia sendiri hanya mampu menghasilkan produksi benang sutera alam mentah rata-rata sebanyak 144 ton per tahun, sehingga dinyatakan belum mencapai sasaran produksi nasional yang telah ditetapkan pemerintah selama Pelita V yang lalu, sedang kondisi sekarang pun tidak banyak berbeda.

POTENSI PENGEMBANGAN
Potensi pengembangan usaha pemintalan benang sutera alam sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : ketersediaan bahan baku kokon, jenis peralatan dan mesin pemintalan dan sumber daya manusia (tenaga) yang terampil serta permodalan. Pola usaha persuteran alam di Indonesia terdapat di daerah-daerah sentra pengembangan sutera alam yang potensial, pada umumnya masih dalam skala kecil dengan teknologi yang masih sederhana dengan tingkat pemilikan modal yang rendah. Namun demikian jumlah pengusahanya sangat besar dan merupakan mitra usaha yang potensial dalam menggalang usaha bersama. Ditingkat sericultur ini tidak menunjukkan adanya persaingan secara kuantiitas antara petani produk kokon, kecuali pada perbaikan-perbaikan kualitas kokon.
Perkembangan ditingkat industri pemintalan benang sutera alam ternyata masih didominasi oleh industri yang bersifat tradisional yang jumlahnya mencapai sekitar 1.354 unit, sedangkan jumlah industri semi mekanik terdapat 6 unit dan hanya satu unit yang menggunakan mesin otomatis, yaitu PT. Indojado Sutera Pratama. Melihat kondisi perindustrian pemintalan sutera alam, maka kapasitas produksi benang untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik belum terpenuhi. Perkembangan industri pertenunan kain sutera alam di Indonesia ternyata lebih berkembang bila dibandingkan dengan industri pemintalan benang sutera alam, hal ini didukung oleh data volume ekspor kain yang relatif besar. Industri pertenunan jumlahnya sekitar 11.387 unit yang terdiri dari hanya 1.976 unit yang menggunakan Alat Tenun Mesin (ATM), sedangkan sisanya adalah Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Rangkaian mata rantai dan tahapan industri persuteraan alam ini tampaknya tidak begitu mulus karena ada tahapan yang perkembangannya terlambat yaitu terutama pada tahapan sericultur atau proses produksi kokon yang dianggap belum mapan sehingga berpengaruh dapat menghambat terhadap perkembangan industri pemintalan benang sutera.



ASPEK PRODUKSI

LOKASI
Lokasi usaha industri pemintalan benang ulat sutera harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Lokasi usaha industri terdapat di daerah petani ulat sutera dengan luas lahan murbei sebanyak 10 - 20 hektar atau total produksi kokon minimum sebanyak 7.500 kg per tahun (30 kg per hari, 1 shift) dan maksimum 22.500 kg per tahun (90 kg per hari, 250 hari kerja per tahun, 3 shift).
  2. Di lokasi industri terdapat sumber air bersih (sumber air, sumur, PDAM) untuk membersihkan, memanaskan dan reeling kokon, agar warna benang putih.

BANGUNAN DAN PERALATAN
Untuk usaha industri pemintalan benang sutera diperlukan tanah, bangunan, drum pemanas air (boiler), bak air pemanas kokon (dari plat besi), alat reeling benang, alat re-reeling benang, lemari, meja kursi, gunting, pisau, sepatu bot karet, pakaian plastik, pompa air dan instalasi listrik dengan total biaya investasi sebesar Rp. 33.010.000 (Tabel Investasi) (Lamp 1) dengan umur ekonomis yang berlainan. Penyediaan tanah, pembuatan bangunan dan pengadaan peralatan pembuatan benang ulat sutera memerlukan waktu sekitar 3 bulan, sehingga memerlukan masa tenggang angsuran kredit selama 3 bulan.
PROSES PRODUKSI
Biaya eksploitasi industri pemintalan benang sutera untuk 1 unit kerja selama 25 hari kerja per tahun dengan produksi 30 kokon per hari . Adapun proses produksi dari kokon sampai menjadi benang sutera meliputi kegiatan sebagai berikut :
  1. Pembelian Kokon Dari Petani Ulat Sutera
    Perkiraan Harga kokon antara Rp. 25.000 - Rp.30.000 per kilo kokon, yaitu tergantung pada kualitas dan atau jumlah butir kokon per kilogram, yaitu :
    1. Rp 30.000/kg dengan jumlah kokon kurang dari 500 butir/kg
    2. Rp 27.000/kg dengan jumlah kokon kurang dari 551 - 600 butir/kg
    3. Rp 26.500/kg dengan jumlah kokon kurang dari 601 - 650 butir/kg
    4. Rp 25.500/kg dengan jumlah kokon kurang dari 651 - 760 butir/kg
    5. Rp 3.000/kg untuk kokon cacat (afkir) jumlahnya antara 5 - 10 % dari total berat Rp 27.000/kg dengan jumlah kokon kurang dari 501 - 550 butir/kg
    6. Kokon kualitas No 1 s/d 5 adalah kokon yang dipintal untuk dijadikan benang sutera, sedangkan kualitas No 6 dijadikan sebagai bahan kerajinan.
  2. Sortasi Dan Pengupasan Kulit Kokon
    Selanjutnya kokon disortasi dan dikupas kulitnya untuk memudahkan pengambilan ujung benang pada saat reeling. Kokon disortasi berdasarkan ukurannya dan bila ada yang cacat dikeluarkan atau di afkir.
  3. Penyimpanan Kokon Dalam Bag
    Kokon yang sudah disortasi dan dikupas dimasukkan dalam bag yang disesuaikan masa panennya. Karena kokon maksimum 6 hari setelah panen harus di rebus dan direeling.
  4. Perebusan Kokon
    Kokon yang berukuran sama direbus dalam air panas (100oC), perebusan dengan kompor minyak tanah selama 10 menit dan selanjutnya di bilas dengan air dingin.
  5. Pengambilan Ujung Benang
    Selanjutnya kokon yang telah direbus dimasukkan kedalam bak air panas (80 - 90oC) dan dicari ujung benangnya dan setelah diketemukan ujungnya kemudian kokon tersebut dimasukkan bak air dingin (30 - 40oC) selama 5 - 10 menit.
  6. Reeling Benang
    Kemudian kokon yang ditemukan ujungnya dimasukkan dalam bak berisi air hangat (50 - 60oC) pada mesin reeling. Mula-mula beberapa ujung benang (13 - 29 kokon) digabungkan dan dipelintir dengan tangan sepanjang 5 - 7 cm dan terus dimasukkan ke peluncur pembagi dan kemudian dimasukkan ke haspel. Selanjutnya mesin digerakkan dengan kecepatan 1.200 RPM oleh tenaga listrik 240 watt (0,25 PK) dengan 2 orang operator. Operator menambahkan kokon yang habis benangnya. Mesin dihentikan setelah tabel benang pada haspel 1 cm, kemudian haspel dikeluarkan dan diganti dengan haspel baru, hasilnya berupa benang basah.
    Ukuran benang yang dinyatakan dengan "denier" berdasarkan jumlah benang kokon disesuaikan dengan permintaan.
  7. Re- reeling Benang
    Benang hasil reeling dimasukkan kembali dalam mesin re-reeling, yaitu untuk mengeringkan benang dan menggabungkan kembali beberapa benang hasil dari mesin reeling menjadi ukuran yang disesuaikan dengan denier yang diminta konsumen. Selanjutnya benang (raw - silk) tersebut dikeringkan dengan diangin-anginkan.
  8. Pengepakan
    Benang sutera tiap haspel besar kemudian dilepas menjadi suatu ikal benang dengan berat sekitar 100 gram. Selanjutnya 10 ikal benang dipress menjadi 1 pak dengan beratnya sekitar 1 kg yang siap untuk dijual. Benang sutera (raw silk) produksi industri kecil ini selanjutnya oleh konsumen di proses lagi twisted silk yang siap digunakan untuk ditenun menjadi kain.
Rendemen benang sutera (raw silk) antara 10 - 12%, tergantung ukuran kokon. Makin besar ukuran kokon, maka makin besar rendemennya. Kapasitas olah industri ini sebanyak 30 kg per shift per 8 jam dan maksimum bisa mencapai 3 shift yaitu dengan jumlah kokon 90 kg per hari

Alat Pengolahan Telur Asin "Salted Egg Processing" Equipment

Alat Pengolahan Telur Asin
Kapasitas 500 butir/batch
Sebagai pengganti pembuatan telur asin secara tradisional

Salted Egg Processing Equipment
Capacity of 500 eggs / batch
In lieu of making the traditional salted egg


 PENGANTAR
Telur merupakan hasil ternak yang mempunyai andil besar dalam mengatasi masalah gizi yang terjadi di masyarakat.Hal ini dimungkinkan karena telur sarat akan zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan yang sehat. Zat-zat gizi yang ada pada telur sangat mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh.
Itulah sebabnya telur sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh-kembang, ibu hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan, serta para lansia (lanjut usia). Dengan kata lain, telur cocok untuk semua kelompok umur dari segala lapisan masyarakat.
Karena bau amisnya yang tajam, penggunaan telur itik dalam berbagai makanan tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang lebih amis, telur itik juga mempunyai pori-pori kulit yang lebih besar, sehingga sangat baik untuk diolah menjadi telur asin.

INTRODUCTION
Eggs are the result of livestock that have a big hand in addressing nutritional problems that occur in society. This is possible because the eggs are full of nutrients needed for a healthy life. Nutrients that exist in eggs is easily digested and utilized by the body.

That's why eggs are highly recommended for consumption by children who are in a period of growth and development, pregnant and nursing mothers, people who are sick or in the healing process, as well as the elderly (elderly). In other words, the eggs are suitable for all age groups from all walks of life.

Due to the sharp odor amisnya, use duck eggs in a wide variety of foods is not chicken eggs. Besides the more it smells fishy, duck eggs also have pores larger, so it is good to be processed into salted eggs.


NILAI GIZI
Hasil penelitian mendapatkan, sebutir telur mempunyai kegunaan protein (net protein utilization) 100% dibandingkan dengan daging ayam (80%) dan susu (75%). Berarti jumlah dan komposisi asam aminonya sangat lengkap dan berimbang. Sehingga hampir seluruh bagiannya dapat digunakan untuk pertumbuhan maupun penggantian sel-sel yang rusak. Hampir semua lemak dalam sebutir telur itik terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35%, sedangkan di bagian putihnya tidak ada sama sekali. lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol.

NUTRITIONAL VALUE
The results gain, egg protein has utility (net protein utilization) 100% compared to chicken (80%) and milk (75%). Means the amount and amino acid composition is very complete and balanced. So that almost all the parts can be used for growth and replacement of damaged cells. Almost all of the fat in the duck egg found in the yolk, reaching 35%, while in the white part nonexistent. fat in the egg consists of triglycerides (neutral fats), phospholipids (generally in the form of lecithin), and cholesterol.


PENGOLAHAN TELUR ASIN
Pembuatan telur asin dengan cara merendam dalam larutan garam jenuh sangat mudah dan praktis.
Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur.

SALTED EGG PROCESSING
Making salted eggs by immersing in a saturated salt solution is very simple and practical.The salt serves as creator of saltiness and preservatives as well as to reduce the solubility of oxygen (oxygen required by bacteria), inhibit the action of proteolytic enzymes (enzymes damaging proteins), and absorbs water from the eggs.


MENYIAPKAN TELUR
  1. Bersihkan telur dari kotoran yang melekat pada permukaan kulit telur dengan cara merendam telur di air  hangat selama +/- 2 menit kemudian gosok dengan kain / busa halus yang kering atau amplas nomor 0.
  2. Teropong telur yang sudah bersih. Perhatikan keutuhan kerabang, keadaan isi telurnya dan rongga udaranya. Pilihlah telur yang kerabangnya utuh / tidak retak dan isi telurnya terlihat bersih serta memiliki rongga udara yang lebih kecil.
PREPARE EGG
  1. Clean the eggs from the dirt on the surface of the egg shell eggs by immersing in warm water for a + / - 2 minutes and then rub with a cloth / foam or soft dry sandpaper number 0.
  2.  Binoculars eggs that are clean. Note the intact eggshell, egg contents and the state of the air cavity. Choose kerabangnya whole egg / egg did not crack and the content looks clean and has a smaller air cavity.

PENGGARAMAN DALAM LARUTAN GARAM DENGAN TEKANAN
  1. Tempatkan telur dalam wadah bertekanan.
  2. Masukan air garam ke dalam wadah yang telah berisi telur dan tutupi bagian atas telur dengan pemberat. Tutup wadah telur dengan rapat.
  3. Atur tekanan dengan kompresor sampai tekanan mencapai 0.75-1.0 Psi.
  4. Keluarkan telur dari perendaman (setelah selama 7 – 9 hari untuk konsumen yang suka telur yang tidak terlalu asin atau setelah 14 hari untuk konsumen yang menyukai rasa asin).
  5. Teropong telur satu per satu. Pisahkan telur-telur yang kerabangnya retak atau isi telurnya memperlihatkan tanda-tanda kebusukan.
  6. Simpan telur ditempat yang dingin atau langsung direbus.

SALTING WITH PRESSURE IN SALT SOLUTION
  1. Place the eggs in a pressurized container.
  2. Put salt water into a container that already contain eggs and cover the top of the egg with ballast. Close the container tightly eggs.
  3. Set the pressure to the compressor until the pressure reaches 0.75-1.0 Psi.
  4. Remove the eggs from the immersion (as long as 7-9 days for consumers who like eggs that are not too salty or after 14 days for consumers who love the taste of salt).
  5. Binoculars eggs one at a time. Separate the eggs cracked or content of eggs kerabangnya showing signs of decay.
  6. Store eggs in a cool or directly boiled.
 MEMBUAT LARUTAN AIR GARAM
  1. Rebus air sampai mendidih
  2. Haluskan garam sebanyak 10 kg untuk 40 liter air, dan tempatkan pada ember besar
  3. Tuangkan air mendidih pada ember yang berisi garam diatas, lalu aduk sampai semua garam larut.
  4. Saring rebusan air garam. Sebaiknya gunakan kain tipis agar semua kotoran tertahan.
  5. diamkan larutan garam tersebut sampai benar-benar dingin

MAKE A SALT WATER SOLUTIONS
  1. Boil the water to boiling
  2. Puree as much as 10 kg of salt to 40 liters of water, and place in a large bucket
  3. Pour boiling water over the bucket of salt, and stir until all the salt dissolves.
  4. Filter boiling salt water. We recommend using a thin cloth so that all dirt held.
  5. let stand a salt solution until completely cold
 Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

 Source: Animal Husbandry Agency West Java

Mesin Pupuk Granular "Granular Fertilizer Machine"

Mesin Pupuk Granular
Kapasitas 1 s/d 10 Ton/jam
Mengolah kotoran ternak menjadi Pupuk Organik Granul

Machinery Fertilizer granules
Capacity of 1 s / d 10 Tons / hour
To process manure into organic fertilizer granules



Kotoran ternak oleh masyarakat awam sering dianggap sebagai limbah yang tidak ada nilainya. Dari kandang biasanya kotoran ternak langsung dialirkan ke sungai atau diberikan secara cuma-cuma kepada tetangga. Kotoran ternak yang dianggap sebagai limbah yang mengotori lingkungan dan merusak pemandangan tersebut apabila ditangani dengan benar akan menghasilkan nilai tambah yang tidak sedikit bagi peternak. Kotoran yang baru saja dikeluarkan oleh ternak tidak dapat langsung dimanfaatkan sebagi pupuk karena belum terjadi proses dekomposisi atau penguraian bahan organik yang ada di dalamnya. Kotoran ternak yang dibuat sebagai pupuk kompos yaitu kotoran ternak yang telah didekomposisikan dengan penambahan dekomposer. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui penambahan nilai komersial kotoran ternak yang dibuat sebagai pupuk kompos dan diolah lebih lanjut menjadi pupuk organik granul. Metode pengkajian yaitu dengan membandingkan B/C antara pupuk kompos dan pupuk organik granul. Hasil yang diperoleh yaitu pupuk kompos memiliki B/C 0,64 sedang untuk pupuk organik granul memiliki B/C 0,79. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan pupuk organik granul lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan hanya mengolah kotoran ternak hanya sampai pada tahap menjadi pupuk kompos saja.

Manure is often regarded by the common people as worthless waste. Manure from the stables usually discharged directly into the river or given freely to neighbors. Manure is regarded as wastes that pollute the environment and are an eyesore if handled properly will result in added value that does little for the farmer. Dirt just issued by the cattle can not be directly utilized As with fertilizer because there is a process of decomposition or decomposition of organic matter in it. Manure compost is made ​​as manure that has been decomposed by the addition of decomposers. Purpose of this study was to determine the commercial value adding manure and compost made ​​as further processed into organic fertilizer granules. Assessment method by comparing B / C between compost and organic fertilizer granules. The results obtained are compost has B / C was 0.64 for organic fertilizer granules have a B / C 0.79. From these results it can be concluded that the organic fertilizer granules more beneficial when compared with manure only process only to the extent it becomes compost.

Saturday, October 23, 2010

Mesin Biodiesel "Biodiesel Machine"

Mesin Biodiesel
Kapasitas 2 Ton/hari
Menola Jarak,CPO, Kopra menjadi Biodiesel
  
Biodiesel Machine
Capacity of 2 tons / day
Rework distance, palm oil, copra into Biodiesel



Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.

Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas.

Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.

Dia merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.

Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.

Biodiesel is a fuel consisting of a mixture of mono-alkyl esters of long chain fatty acids, which are used as an alternative fuel of the diesel engine and is made from renewable sources such as vegetable oils or animal fats.

A process of transesterification of lipids used to convert the base oil to the desired esters and remove free fatty acids. After going through this process, unlike straight vegetable oil, biodiesel has combustion properties similar to diesel (diesel) from petroleum, and can replace it in most cases. However, he is more often used as an additive to petroleum diesel, increase diesel fuel low sulfur petrol ultra pure low lubricant.

He is the closest candidate to replace fossil fuels as an energy source in the world of transportation, because it is a renewable fuel that can replace diesel in petrol engine now and can be transported and sold using today's infrastructure.

The use and production of biodiesel is increasing rapidly, especially in Europe, USA, and Asia, although the market is still a small fraction of the fuel sales. Growth in retail outlets create more supply biodiesel to consumers as well as the growth of vehicles using biodiesel as fuel.


PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI JARAK

BIODIESEL PRODUCTION PROCESS OF DISTANCE


PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI KOPRA

BIODIESEL PRODUCTION PROCESS OF COPRA


PROSES PEMBUATAN BIODIESEL DARI CPO

BIODIESEL PRODUCTION PROCESS OF CPO




Pabrik Kelapa Sawit "Palm Oil Plant"

MINI PALM OIL MILL (POM)
1 to 10 TON Fruit Bunch Per Hour

Mini Plant PKS
kapasitas 1 s/d 10 Ton/Jam
Mesin Pengolah TBS menjadi CPO


MINI PALM OIL MILL                  
Various problems above have prompted his use of appropriate technology specifically designed for integrated oil palm farmers or farmer groups with a total land area of ​​100-300ha farm. Integrated technology that was developed has characteristics:
  •      simple
  •      cheap
  •      value-added
  •      environmentally sound


PABRIK KELAPA SAWIT MINI
                Berbagai permasalahan diatas telah mendorong  digunakaNnya teknologi tepat guna yang terpadu yang khusus dirancang untuk petani kelapa sawit atau kelompok tani dengan total luas area kebun 100-300ha. Teknologi terpadu yang di kembangkan  mempunyai ciri:
  • Sederhana
  • Murah
  • Bernilai tambah
  • Berwawasan lingkungan
Mini palm oil mill requires only 6 people labor / shift, including supervisors and technical personnel, using shells and empty fruit bunches as fuel, it is very easy to operate and requires only an area of ​​+ / -2 500 m2 to 250 m2 modest building. The design is fairly simple mini MCC so its maintenance is easy and can be done by a qualified technician with the STM.

a. Description
Mini palm oil mill

Mini palm oil mill consists of 19 units of processing equipment, namely:
  1. One unit boiler steam capacity of 600 kg / hr.
  2. a sterilizer unit capacity of 1 tonne of fresh fruit bunches (FFB) per hour.
  3. One unit thrasher / threser.
  4. One unit of Fruit elevators.
  5. One unit of digester.
  6. a mini screw press unit capacity of 1 ton FFB / hour.
  7. One unit of sand trap.
  8. One unit of Vibrating Screen.
  9. One unit of crude oil tank c / w pump.
  10. One unit clarification tank.
  11. One unit of the oil tank capacity of 25 tonnes of CPO.
  12. One unit confeyor cake breaker.
  13. One unit fiber separator.
  14. One unit confeyor nut c / w nut bin.
  15. One unit ripple mill capacity of 500 kg seeds / hour
  16. One unit 80 KVA genset
  17. The electrical installation package.
  18. One package of piping and valves.
  19. One package installation, testing and training.

 b. quality CPO

Oil palm has generated quality standards of Indonesian trade, the free fatty acid (FFA) <2.5%, water content and impurities <0.4%, and the yield of + / - 20%.
PKS mini hanya memerlukan tenaga kerja 6 orang/shift termasuk pengawas dan tenaga teknik, memanfaatkan cangkang dan tandan kosong sebagai bahan bakar, sangat mudah di oprasikan dan hanya memerlukan lahan seluas +/-2.500 m2 dengan bangunan sederhana seluas 250 m2 . Rancangan PKS mini cukup sederhana sehingga pemeliharaanya mudah dan dapat di lakukan oleh teknisi dengan kualifikasi STM.
a.       Deskripsi PKS mini
PKS mini terdiri dari 19 unit peralatan pengolahan yaitu:
  1. Satu unit boiler kapasitas 600 kg uap/jam.
  2. satu unit sterilizer kapasitas 1 ton tandan buah segar (TBS) per jam.
  3. Satu unit mesin penebah /threser.
  4. Satu unit Fruit elevator.
  5. Satu unit digester.
  6. satu unit screw press mini kapasitas 1 ton TBS/jam.
  7. Satu unit sand trap.
  8. Satu unit Vibrating Screen.
  9. Satu unit crude oil tank c/w pump.
  10. Satu unit tangki klarifikasi.
  11. Satu unit tangki penampung minyak kapasitas 25 ton CPO.
  12. Satu unit cake breaker confeyor.
  13. Satu unit fiber separator.
  14. Satu unit nut confeyor  c/w nut bin.
  15. Satu unit ripple mill kapasitas 500 kg biji/jam
  16. Satu unit genset 80 KVA
  17. Satu paket instalasi listrik.
  18. Satu paket piping dan valves.
  19. Satu paket pemasangan, uji coba dan training.
b.      Mutu CPO
Minyak sawit yang di hasilkan mempunyai mutu sesuai standar perdagangan Indonesia, yaitu asam lemak bebas (ALB) < 2,5 %, kadar air dan kotoran < 0,4 %, serta rendemen +/- 20 %.
THINGS THAT NEED TO WATCH

a. The quality of raw materials.

                 In financial studies assumed that oil would yield obtained was 20%. Yield of 20% or more can be achieved only if the quality of palm fruit in though is pretty good and comes from Indonesian palm oil industry has a great opportunity and come from fruits tenera (DXP). In some people's palm oil plantations, occasional contamination with Dura kind of fruit or Visifera result of planting the seeds in doubt his authenticity. Consequently, the yield of oil will not be able to reach 20% so it would not be financially feasible. Unlike conventional Palm oil mill, the influence of non Tenera fruit on Mini Palm oil mill is huge due to the yield of fruit is processed only 20 tons / day.


b. Location mini palm oil

Mini palm oill mill designed for the "remote", the area of ​​oil palm plantations away from Palm oil mill that conventional freight of fresh fruit bunches (FB) to conventional Palm oil mill can be cut. For their fields, which are located near the Mini conventional palm oil mill no problem with FB marketing, establishment of mini palm oil mill not recommended. Likewise for PIR gardens that still has a contract with Palm oil mill.


 c. aspects licensing

To permit the establishment of gardens and mini palm oil mill has been regulated in Decree of the Minister No. 357 farms in 2002. In the decree stated that all efforts should establish plantations partner with people in various forms of mutually beneficial partnerships. For mini palm oil mill, the decree also applies to so hopefully it will not happen the things that are not desirable in the presence of mini palm oil mill


 d. maintenance Agreement

               mini palm oil mill is designed with a simple concept in maintenance, so expect a mini palm oil mill maintenance can be performed by qualified personnel with high technical level with the school. The existence of mini palm oil mill, is also expected to stimulate the development of local workshops for maintenance of mini palm oil mill.



e. CPO marketing aspect

                 CPO marketing and products olahanya is key to the success of mini palm oil mill. Mini palm oil mill management had cooperated directly with the buyer or user so that the marketing of CPO production mini palm oil mill guaranteed. This is very important because the mini palm oil mill has only tank that can accommodate CPO production for 5 days, so the schedule for shipments must be planned carefully.



5. CONCLUSION

                 Indonesian palm oil industry has a great opportunity to grow. Technology mini palm oil industry that are environmentally friendly, simple and easy to operate, is the answer to improving the welfare of farmers.

  

HAL-HAL YANG PERLU DI PERHATIKAN
a. Kualitas bahan baku.
                Pada kajian financial di asumsikan bahwa rendemen minyak yang akan di peroleh adalah 20%. Rendemen sebesar 20% atau lebih hanya dapat di capai apabila kualitas buah sawit yang di olah adalah cukup baik  dan berasal dari industri kelapa sawit Indonesia  mempunyai peluang yang sangat baik dan berasal dari buah tenera (DxP). Pada beberapa perkebunan sawit rakyat, kadang-kadang terjadi kontaminasi dengan buah jenis Dura atau Pisifera kibat dari penanaman dengan benih yang di ragukan keaslianya. Konsekuensinya, rendemen minyak tidak akan dapat mencapai 20% sehingga secara financial tidak akan layak. Berbeda dengan PKS konvensional, pengaruh buah non Tenera pada PKS mini sangat besar terhadap rendemen karena buah yang diolah hanya 20 ton/hari.
b. Lokasi PKS mini
                PKS mini dirancang untuk daerah “remote”, yaitu daerah yang jauh dari PKS konvensional sehingga ongkos angkut TBS ke PKS konvensional bias di pangkas. Untuk kebun rakyat yang lokasinya dekat PKS konvensional serta tidak ada masalah dengan pemasaran  TBS, pendirian PKS mini tidak di sarankan. Demikian juga untuk Kebun PIR yang masih mempunyai ikatan kontrak dengan kebun inti.

c. Aspek perijinan
                Ijin Untuk pendirian kebun dan PKS telah di atur dalam SK Menteri  pertanian No 357  tahun 2002. Pada SK tersebut disebutkan bahwa semua usaha perkebunan  harus menjalin mitra dengan rakyat dalam berbagai bentuk kemitraan  yang saling menguntungkan. Untuk PKS mini, SK tersebut juga berlaku sehingga diharapkan tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dengan keberadaan PKS mini.
d. Pemeliharaan PKS
                PKS mini dirancang dengan konsep kesederhanaan dalam pemeliharaanya sehingga diharapkan pemeliharaan PKS dapat dilakukan oleh tenaga dengan kualifikasi setingkat dengan STM. Keberadaan PKS mini juga diharapkan dapat merangsang perkembangan bengkel lokal untuk pemeliharaan PKS.
e. Aspek pemasaran CPO
                Pemasaran CPO serta produk-produk olahanya adalah kunci dari kesuksesan PKS mini. Pengelolaan PKS mini harus menjalin kerjasama dengan pembeli atau pemakai langsung sehingga pemasaran CPO hasil produksi PKS mini terjamin. Hal ini sangat penting karena PKS mini hanya memiliki tangki CPO yang dapat menampung produksi untuk 5 hari, sehingga jadwal pengiriman CPO harus terencana dengan matang.
5. KESIMPULAN
                Industri kelapa sawit Indonesia mempunyai peluang yang sangat baik untuk berkembang. Tehnologi industri kelapa sawit mini  yang ramah lingkungan, sederhana dan mudah di operasikan, merupakan jawaban dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani.

Mesin Minyak Goreng "Cooking Oil Machine"

Cooking Oil Machine
Capacity of 1500 liters / day
To process the oil into cooking oil


Mesin Minyak Goreng
Kapasitas 1500 liter/hari
Mengola CPO menjadi Minyak goreng


 
PROCESS DESCRIPTION OF COOKING OIL FACTORY

Cooking Oil Processing Factory is a factory that produces cooking oil from raw materials CPO (Crude Palm Oil). CPO obtained from the pressing process and extraction millers still contain components that are undesirable free fatty acids (FFA = Free Fatty Acid), resins, gums, proteins, phosphatides, pigments color and odor. To be used as a food ingredient, the CPO should be processed again in Cooking Oil Processing Plant.

Broadly speaking, the process in Cooking Oil Processing Plant consists of the process of refining (purification) and fractionation (fractionation). The purification process consists of the degumming, neutralization, bleaching and deodorization processes. The oil obtained from the refining process consists of olein (cooking oil) and stearin, separated stearin fractionation process of olein. To clarify the edible oil processing flow is shown in the block diagram of the oil into Cooking Oil Processing as follows:



DESKRIPSI PROSES PABRIK MINYAK GORENG
Pabrik Pengolahan Minyak Goreng (PPMG) ini adalah pabrik yang memproduksi minyak goreng dari bahan baku CPO (Crude Palm Oil / minyak sawit mentah). CPO yang diperoleh dari hasil proses pressing dan ekstraksi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) masih mengandung komponen-komponen yang tidak diinginkan yaitu asam lemak bebas (FFA = Free Fatty Acid), resin, gum, protein, fosfatida, pigmen warna dan bau. Agar dapat dipergunakan sebagai bahan makanan, maka CPO tersebut harus diproses lagi di Pabrik Pengolahan Minyak Goreng.
Secara garis besar proses pada Pabrik Pengolahan Minyak Goreng terdiri dari proses refining (pemurnian) dan fractionation (fraksionasi). Proses pemurnian terdiri dari proses degumming, proses netralisasi, proses bleaching dan proses deodorisasi. Minyak yang diperoleh dari proses refining terdiri dari  olein (minyak goreng) dan stearin, dalam proses fraksionasi stearin dipisahkan dari olein. Untuk memperjelas alur proses pengolahan minyak goreng dapat dilihat pada diagram blok Pengolahan CPO menjadi Minyak Goreng sebagai berikut :


Degumming Process

Degumming process aims to eliminate dissolved substances or substances that are colloidal, such as resins, gums, proteins and phosphatides in crude oil. In principle degumming process is the formation and floc-floc binding of dissolved substances and substances in the colloidal nature of crude oil, so that the floc-floc formed large enough to be separated from the oil. Degumming process most widely used today is the degumming process using acid. The effect of acid was agglomerate and precipitate substances such as proteins, phosphatides, gums and resins contained in crude oil.


1         
      Proses Degumming
Proses degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut atau zat-zat yang bersifat koloidal, seperti resin, gum, protein dan fosfatida dalam minyak mentah. Pada prinsipnya proses degumming ini adalah proses pembentukan dan pengikatan flok-flok dari zat-zat terlarut dan zat-zat yang bersifat koloidal dalam minyak mentah, sehingga flok-flok yang terbentuk cukup besar untuk bisa dipisahkan dari minyak.  Proses degumming yang paling banyak digunakan dewasa ini adalah proses degumming dengan menggunakan asam. Pengaruh yang ditimbulkan oleh asam tersebut adalah menggumpalkan dan mengendapkan zat-zat seperti protein, fosfatida, gum dan resin yang terdapat dalam minyak mentah.


Neutralization Process

The process of neutralization or the refining of crude oil deasidifikasi aims to remove free fatty acids contained in crude oil. Free fatty acids (FFA) can cause a rancid odor.

Neutralization process is most often used in the chemical industry is the process of neutralization with caustic soda, a saponification reaction between the principle of free fatty acids with caustic soda solution, the reaction penyabunannya as follows:

R ---- COOH R-COONa + NaOH + H2O

The optimum reaction conditions at atmospheric pressure is at a temperature of 70 ° C, where the reaction is an equilibrium reaction will shift to the right.

Caustic soda reacted usually exaggerated, about 5% of the stokiometris. Soap is formed is separated by precipitation. Caustic soda in addition to functioning as neutralizing the free fatty acids, also possess the color remover (decoulorization).
2       
      Proses Netralisasi
Proses netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian minyak mentah bertujuan untuk menghilangkan asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak mentah. Asam lemak bebas (FFA) dapat menimbulkan bau yang tengik. 
Proses netralisasi yang paling sering digunakan dalam industri kimia adalah proses netralisasi dengan soda kostik, dengan prinsip reaksi penyabunan antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik, yang reaksi penyabunannya sebagai berikut :

R----COOH   +   NaOH                        R-COONa    +   H2O
Kondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70  oC, dimana reaksinya merupakan reaksi kesetimbangan  yang akan bergeser ke sebelah kanan.
Soda kostik yang direaksikan biasanya berlebihan, sekitar 5  % dari kebutuhan stokiometris. Sabun yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan.  Soda kostik disamping berfungsi sebagai penetralisir asam lemak bebas, juga memiliki sifat penghilang warna (decoulorization). 


Bleaching Process

The process of bleaching (bleaching) is intended to reduce or eliminate the dyes (pigments) in the crude oil, either dissolved or dispersed.

Colors can be derived from crude oil innate color or color that arise in the process of processing the oil into cooking oil. Pigment commonly found in the crude oil is a carotenoid that is red or yellow, and phaephytin chlorophillida green.

Bleaching process used is bleaching the absorption process. This process uses an absorbent substance (absorbent) activity that has a high surface to absorb the dye contained in the crude oil. Besides absorbing dyes, absorbent can absorb colloidal substances that have properties such as gums and resins.

Absorbent of the most widely used in the bleaching process oils and fats are ground pemucat (bleaching Erath) and charcoal (carbon). Arang are very effective in the disappearances pigment red color, green and blue, but because the price are too expensive then in its use usually mixed with the ground pemucat by the number of who adjusted against this type crude oil which akan bleaching.

3        Proses Bleaching
Proses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-zat warna (pigmen) dalam minyak mentah, baik yang terlarut ataupun yang terdispersi.
Warna minyak mentah dapat berasal dari warna bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Pigmen yang biasa terdapat di dalam suatu minyak mentah ialah carotenoid yang berwarna merah atau kuning, chlorophillida dan phaephytin yang  berwarna hijau. 
Proses bleaching yang   digunakan adalah proses bleaching dengan absorbsi. Proses ini menggunakan zat penyerap (absorben) yang memiliki aktivitas permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang terdapat dalam minyak mentah. Disamping menyerap zat warna, absorben juga dapat menyerap zat yang memiliki sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin.
Absorben yang paling banyak digunakan dalam proses bleaching minyak dan lemak adalah tanah pemucat (bleaching erath) dan arang (carbon). Arang sangat efektif dalam penghilangan pigmen warna merah, hijau dan biru, tetapi karena harganya terlalu mahal maka dalam pemakaiannya biasanya dicampur dengan tanah pemucat dengan jumlah yang disesuaikan terhadap jenis minyak mentah yang akan dipucatkan.

Deodorization process

Deodorization process aims to reduce or eliminate taste and odor are not required in the oil for food. The compounds that cause taste and odor are usually unsaturated carbohydrate compounds, free fatty acids with low molecular weight compounds aldehydes and ketones as well as compounds that have other high volatility. Levels of the compounds mentioned above, although quite small was enough to give taste and odor, the levels are between 0.001 to 0.1%.

Deodorization process a lot is steam distillation method based on the difference in price volatility glycerides with compounds that cause taste and odor, which compounds are more volatile than in the glycerides. Superheated steam used is steam (dry steam), which are easily separated by condensation.

Deodorization process greatly influenced by pressure, temperature and time, all of which must be tailored to the type of crude oil is processed and used system processes. Operating temperature is maintained so as not to cause co terdistilasinya glycerides. Pressure cultivated as low as possible in order to protect the oil from oxidation by air and reduces the amount of steam consumption. In the batch system, the operating pressure of about 3 torr and temperature 240 oC.

4        Proses Deodorisasi
Proses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang tidak dikehendaki dalam minyak untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas dengan berat molekul rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa yang mempunyai volatilitas tinggi lainnya. Kadar senyawa-senyawa tersebut di atas, walaupun cukup kecil telah cukup untuk memberikan rasa dan bau yang tidak enak, kadarnya antara 0,001 – 0,1 %.
Proses deodorisasi yang banyak dilakukan adalah cara distilasi uap yang didasarkan pada perbedaan harga volatilitas gliserida dengan senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau tersebut, dimana senyawa-senyawa tersebut lebih mudah menguap dari pada gliserida. Uap yang digunakan adalah  superheated steam (uap kering), yang mudah dipisahkan secara kondensasi.
Proses deodorisasi sangat dipengaruhi oleh faktor tekanan, temperatur dan waktu, yang kesemuanya harus disesuaikan dengan jenis minyak mentah yang diolah dan sistim proses yang digunakan. Temperatur operasi dijaga agar tidak sampai menyebabkan turut terdistilasinya gliserida. Tekanan diusahakan serendah mungkin agar minyak terlindung dari oksidasi oleh udara dan mengurangi jumlah pemakaian uap. Pada sistem batch ini, tekanan operasi sekitar 3 torr dan temperatur 240 oC. 
  

Fractionation process

Fractional crystallization process consists of a fraction of a solid at a given temperature and was followed by separation of the two factions that. The crystalline fraction is stearin and olein is the liquid that remains.

Some of the fractionation process that is often used is:

· Dry fractionation (fractionation without solvent).

· Wet fractionation (fractionation with solvents).

· The fractionation using detergent sodium lauryl sulphat.

Dry fractionation process based on oil cooling under controlled conditions without the addition of any chemicals. There are three operations involved in the seeding, crystallization and filtration. First oil is heated to 70 ° C to obtain a homogeneous liquid and then cooled with water cooling to a temperature of 40 ° C, then cooled till a temperature of 20 ° C and maintained until the crystallization process is considered complete.
 


      Proses  Fraksionasi
Proses fraksionasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat pada temperatur tertentu dan disusul dengan pemisahan kedua fraksi itu. Fraksi yang menjadi kristal adalah stearin dan yang tetap cair adalah olein.
Beberapa proses fraksionasi yang sering digunakan yaitu :
·         Fraksionasi kering (fraksionasi tanpa pelarut).
·         Fraksionasi basah (fraksionasi dengan pelarut).
·         Fraksionasi dengan menggunakan larutan deterjen sodium lauryl sulphat.
Proses fraksionasi kering didasarkan pada pendinginan minyak dengan kondisi yang terkendali tanpa penambahan bahan kimia apapun. Ada tiga operasi yang terlibat yaitu seeding, kristalisasi, dan filtrasi. Mula-mula minyak dipanasi sampai 70 oC untuk memperoleh cairan homogen dan kemudian didinginkan  dengan air pendingin sampai temperatur  40 oC, selanjutnya didinginkan samapi temperatur 20 oC dan dipertahankan  sampai proses kristalisasi dianggap selesai.